Sabtu, 16 Juni 2012

TANAMAN CINCAU SOLUSI KRISIS PANGAN INDONESIA


 PP No 68 tahun 2002 tentang ketahanan pangan Indonesia. Berlandaskan kepada Peraturan Pemerintah tersebut maka selayaknya lah Indonesia sebagai negara agraris yang dalam kurun waktu 5 tahun mendatang akan mendapat tantangan seputar pertanian khususnya yang akan berimbas pada ketahanan pangan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya akan mencoba membagi info mengenai solusi ketahan pangan yang salah satunya dengan pembudidayaan tanaman Cincau di sekitar lingkungan kita.
Cincau (Lat.: Cyclea barbara Miens.). Tumbuhan asli Indonesia. Termasuk suku Manispermaceae. Terna merambat, batang berduri, panjang sampai 10 m, berumah dua. Daun berbentuk perisai. Perbungaan berupa malai, menggantung. Bunga kuning, berkelamin tunggal. Buah berupa buah batu, merah; berbiji keras. Buah jarang terbentuk. Perbanyakan dengan setek akar. Tumbuh liar di semak Belukar dan di pinggir hutan, di dataran rendah sampai ketinggian 800 m di atas permukaan laut. Daun dapat dibuat agar-agar untuk bahan minuman dan obat demam serta sakit perut. Akar digunakan sebagai obat demam. Daun mengandung sejenis polisachanida yang mudah membentuk agar-agar bila menyerap air. Akar mengandung pati, lemak dan senyawa alkaloid siklein.

Cincau hijau sejatinya punya banyak khasiat yang baik untuk kesehatan. Kandungan seratnya yang cukup tinggi dan kalorinya yang rendah baik untuk melancarkan pencernaan, serta dipercaya bisa mendinginkan panas dalam. Penelitian yang dilakukan oleh Direktorat Gizi Departemen Kesehatan terhadap cincau mengungkapkan terdapat 6,23 gram per 100 gram kandungan serat kasar dalam gel cincau. Ini berarti bila cincau dikonsumsi bersama dengan buah dan sayur mayur sehari-hari bisa memadai untuk memenuhi kebutuhan serat harian sebesar 30 gram sehingga bisa membantu memerangi penyakit degeneratif seperti jantung koroner.
Selain itu, daun cincau hijau telah diteliti mengandung karbohidrat, polifenol, saponin, flavonoida dan lemak. Kalsium, fosfor, vitamin A dan B juga ditemukan dalam daun cincau hijau. Kandungan-kandungan ini memungkinkan cincau hijau dimanfaatkan sebagai bahan pembuat obat-obatan, di samping digunakan sebagai minuman penyegar. Penyakit radang lambung, demam dan tekanan darah tinggi bisa dicoba disembuhkan dengan gel cincau hijau.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. Sardjito, Dr. Rajiman dan Dr. Bambang Suwitho dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada tahun 1966 menghasilkan penurunan tekanan darah secara signifikan terhadap pasien penderita tekanan darah tinggi, setelah diberi air perasan dari daun cincau segar sebanyak 5 gram yang digerus dengan 150 cc air matang. Pasien harus meminumnya sebanyak dua kali sehari untuk merasakan khasiat cincau hijau (sumber: www.kompas.com).
 Tanaman ini dapat tumbuh dengan mudah tanpa menggunakan teknik apapun. Hanya perlu kemauan dan semangat dalam menanamnya, caranya mudah hanya dengan memotong bagian ujung kemudian menancapkannya di atas tanah, tanaman ini akan tumbuh lebih subur lagi apabila kita tanam disekitar atau dipinggir kolam.
Biasanya kalau di daerah kepulauan jawa Cincau ini dikonsumsi menjadi pelepas dahaga, karena setelah diolah akan menjadi berberntuk agar-agar. Ga percaya?? Ini buktinya!

Tanaman ini dapat tumbuh dengan mudah tanpa menggunakan teknik apapun. Hanya perlu kemauan dan semangat dalam menanamnya, caranya mudah hanya dengan memotong bagian ujung kemudian menancapkannya di atas tanah, tanaman ini akan tumbuh lebih subur lagi apabila kita tanam disekitar atau dipinggir kolam.
Biasanya kalau di daerah kepulauan jawa Cincau ini dikonsumsi menjadi pelepas dahaga, karena setelah diolah akan menjadi berberntuk agar-agar.

 Ini merupakan hasil pengolahan tanaman cincau yang telah diproses secara sederhana. 

Satu takar daun yang ia beli diseduh dengan air mendidih. Lalu daun di masukan dan diremas sampai hancur ke dalam air mentah yang berasal dari sumur sebanyak 15 liter. Tidak lupa ia menambahkan segenggam daun yang tidak diseduh sebelumnya untuk di remas dan dihancurkan ke dalam air 15 liter tadi. Busa yang timbul dari remasan daun dibuang, kemudian air remasan daunnya dimasukkan ke dalam wadah berupa ember bekas cat tembok lalu disaring dengan kain saringan sambil dipindahkan ke dalam wadah. Abu yang sudah disiapkan sebesar ukuran jempol kaki di masukkan ke dalam kain dan di remas di dalam air cincau sampai larut. Lalu di aduk sampai merata. Abu tersebut di ambil dari sisa pembakaran kayu bakar yang digunakan untuk memasak. Setelah itu, tunggu tiga puluh sampai enam puluh menit sampai cincau mengeras menjadi semacam jelly atau agar-agar.

Jadi, selamat mencoba untuk rekan-rekan sekalian semoga artikel ini bermanfaat untuk masa depan. :-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar