Selasa, 02 Oktober 2012

Budidaya Petai

Budidaya Petai


Petai (Parkia speciosa), disebut pula twisted cluster bean, stink bean, peteh, yongchaak, sataw, atau sator. Habitat asli petai, tersebar dari India Timur Laut, Bangladesh, Myanmar, Thailand, Kamboja, Vietnam, Malaysia dan Indonesia. Petai tumbuh mulai dari dataran rendah (0 m. dpl) sampai dengan 800 m. dpl. Tanaman petai tumbuh berupa pohon berkayu, dengan tajuk sangat terbuka, berketinggian sampai dengan 30 m. Karena keterbukaan tajuknya, petai cocok dibudidayakan secara tumpang sari, dengan tanaman semusim.
Hingga dalam budidaya petai secara monokultur pun, lahan di bawah tegakan tanaman utama, masih tetap bisa diberi tanaman semusim, tanpa menurunkan tingkat produktivitasnya terlalu jauh. Hampir semua tanaman semusim bisa dibudidayakan di bawah tegakan petai. Namun tanaman kacang tanah, keladi dan empon-empon, merupakan alternatif terbaik. Jagung kurang menguntungkan, karena Produktivitasnya akan sangat rendah, sementara singkong justru akan menurunkan produktivitas petai. Kacang tanah cukup baik, karena akan meningkatkan kesuburan lahan, dengan nitrogen yang ditangkapnya langsung dari udara.
Benih petai okulasi dengan batang atas klon unggul, sudah banyak diproduksi oleh penangkar. Terutama di Jawa Tengah dan Lampung. Idealnya, benih yang akan ditanam di lapangan sudah berukuran 1,5 m. Harga benih ukuran ini, berkisar antara Rp 50.000,- sd. Rp 100.000,-. Pada pembelian dalam jumlah banyak, harga bisa sedikit lebih rendah. Kalau mau agak ringan, bisa membeli benih ukuran di bawah 50 cm, dengan harga Rp 10.000,- sd. Rp 20.000,- disemai dengan perawatan intensif, sampai mencapai ketinggian 1,5 m. Ketika itulah benih dipindah ke lapangan, pada awal musim penghujan.
Benih okulasi setinggi 1,5 m, sudah akan berbuah antara 3 sd. 4 tahun setelah tanam. Tanaman petai akan terus produktif selama 20 sd. 25 tahun, dan harus diremajakan. Tanaman yang sudah terlalu tua, produktivitasnya akan menurun, dan pemanenan buahnya lebih sulit. Di Thailand, tanaman petai sengaja terus dipangkas, hingga hanya mencapai ketinggian antara 4 sd. 6 m, untuk memudahkan perawatan, terutama pembungkusan dan pemanenan. Pembungkusan buah, mutlak harus dilakukan untuk mencegah serangan ulat dalam biji. Terutama apabila hasilnya akan diekspor.
Buah petai berupa tumbuh dalam malai, terdiri dari 4 sd. 8 papan. Dalam satu papan ada belasan biji. Petai adalah komoditas yang beraroma sangat tajam. Sampai-sampai urine mereka yang mengonsumsi petai, juga beraroma sangat tajam khas petai. Karena aromanya yang sangat tajam inilah, petai juga menjadi komoditas yang kontroversial, seperti halnya durian. Di satu pihak ada konsumen yang sangat fanatik menyukai petai, dan di lain pihak ada masyarakat yang sangat tidak menyukai aromanya. Namun petai masih lebih baik dibanding durian, karena tidak menyebarkan aroma dalam ketika belum dikonsumsi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar