PP No 68 tahun 2002 tentang ketahanan pangan
Indonesia. Berlandaskan kepada Peraturan Pemerintah tersebut maka selayaknya
lah Indonesia sebagai negara agraris yang dalam kurun waktu 5 tahun mendatang
akan mendapat tantangan seputar pertanian khususnya yang akan berimbas pada
ketahanan pangan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya akan mencoba
membagi info mengenai solusi ketahan pangan yang salah satunya dengan
pembudidayaan tanaman Cincau di sekitar lingkungan kita.
Cincau (Lat.: Cyclea
barbara Miens.). Tumbuhan asli Indonesia. Termasuk suku Manispermaceae. Terna
merambat, batang berduri, panjang sampai 10 m, berumah dua. Daun berbentuk
perisai. Perbungaan berupa malai, menggantung. Bunga kuning, berkelamin
tunggal. Buah berupa buah batu, merah; berbiji keras. Buah jarang terbentuk.
Perbanyakan dengan setek akar. Tumbuh liar di semak Belukar dan di pinggir
hutan, di dataran rendah sampai ketinggian 800 m di atas permukaan laut. Daun
dapat dibuat agar-agar untuk bahan minuman dan obat demam serta sakit perut.
Akar digunakan sebagai obat demam. Daun mengandung sejenis polisachanida yang
mudah membentuk agar-agar bila menyerap air. Akar mengandung pati, lemak dan
senyawa alkaloid siklein.
Cincau hijau
sejatinya punya banyak khasiat yang baik untuk kesehatan. Kandungan seratnya
yang cukup tinggi dan kalorinya yang rendah baik untuk melancarkan pencernaan,
serta dipercaya bisa mendinginkan panas dalam. Penelitian yang dilakukan oleh
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan terhadap cincau mengungkapkan terdapat
6,23 gram per 100 gram kandungan serat kasar dalam gel cincau. Ini berarti bila
cincau dikonsumsi bersama dengan buah dan sayur mayur sehari-hari bisa memadai
untuk memenuhi kebutuhan serat harian sebesar 30 gram sehingga bisa membantu
memerangi penyakit degeneratif seperti jantung koroner.
Selain itu, daun
cincau hijau telah diteliti mengandung karbohidrat, polifenol, saponin,
flavonoida dan lemak. Kalsium, fosfor, vitamin A dan B juga ditemukan dalam
daun cincau hijau. Kandungan-kandungan ini memungkinkan cincau hijau
dimanfaatkan sebagai bahan pembuat obat-obatan, di samping digunakan sebagai
minuman penyegar. Penyakit radang lambung, demam dan tekanan darah tinggi bisa
dicoba disembuhkan dengan gel cincau hijau.
Sebuah penelitian
yang dilakukan oleh Prof. Dr. Sardjito, Dr. Rajiman dan Dr. Bambang Suwitho
dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada tahun 1966
menghasilkan penurunan tekanan darah secara signifikan terhadap pasien
penderita tekanan darah tinggi, setelah diberi air perasan dari daun cincau
segar sebanyak 5 gram yang digerus dengan 150 cc air matang. Pasien harus meminumnya
sebanyak dua kali sehari untuk merasakan khasiat cincau hijau (sumber: www.kompas.com).
Tanaman
ini dapat tumbuh dengan mudah tanpa menggunakan teknik apapun. Hanya perlu
kemauan dan semangat dalam menanamnya, caranya mudah hanya dengan memotong
bagian ujung kemudian menancapkannya di atas tanah, tanaman ini akan tumbuh
lebih subur lagi apabila kita tanam disekitar atau dipinggir kolam.
Biasanya kalau di daerah kepulauan jawa Cincau ini
dikonsumsi menjadi pelepas dahaga, karena setelah diolah akan menjadi
berberntuk agar-agar. Ga percaya?? Ini buktinya!
Tanaman ini dapat tumbuh dengan
mudah tanpa menggunakan teknik apapun. Hanya perlu kemauan dan semangat dalam menanamnya,
caranya mudah hanya dengan memotong bagian ujung kemudian menancapkannya di
atas tanah, tanaman ini akan tumbuh lebih subur lagi apabila kita tanam
disekitar atau dipinggir kolam.
Biasanya kalau di daerah kepulauan
jawa Cincau ini dikonsumsi menjadi pelepas dahaga, karena setelah diolah akan
menjadi berberntuk agar-agar.
Ini merupakan hasil pengolahan tanaman cincau yang telah diproses secara sederhana.
Satu takar daun yang ia beli diseduh dengan air
mendidih. Lalu daun di masukan dan diremas sampai hancur ke dalam air mentah
yang berasal dari sumur sebanyak 15 liter. Tidak lupa ia menambahkan segenggam
daun yang tidak diseduh sebelumnya untuk di remas dan dihancurkan ke dalam air
15 liter tadi. Busa yang timbul dari remasan daun dibuang, kemudian air remasan
daunnya dimasukkan ke dalam wadah berupa ember bekas cat tembok lalu disaring
dengan kain saringan sambil dipindahkan ke dalam wadah. Abu yang sudah disiapkan
sebesar ukuran jempol kaki di masukkan ke dalam kain dan di remas di dalam air
cincau sampai larut. Lalu di aduk sampai merata. Abu tersebut di ambil dari
sisa pembakaran kayu bakar yang digunakan untuk
memasak. Setelah itu, tunggu tiga puluh sampai enam puluh menit sampai cincau mengeras
menjadi semacam jelly atau agar-agar.
Jadi, selamat mencoba untuk rekan-rekan sekalian semoga artikel ini bermanfaat untuk masa depan. :-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar